SEJARAH JAGUNG DUNIA DAN PERKEMBANGAN JAGUNG DI INDONESIA

SEJARAH JAGUNG DUNIA DAN PERKEMBANGAN JAGUNG DI INDONESIA Oleh : Aster Fridolin Munthe (1806113758) Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah jagung dunia dan perkembangan jagung di Indonesia. Hasil penulisan menunjukkan bahwa jagung sebenarnya merupakan tanaman purba yang berasal dari Amerika Latin (Meksiko, Guatemala, dan Honduras). Tanaman jagung didomestikasi sekitar 8.000 tahun yang lampau oleh bangsa Indian, merupakan keturunan jagung liar teosinte (Zea mays ssp. Parviglumis). Melalui proses evolusi, adaptasi, migrasi, rekombinasi gen-gen, dan kegiatan petani menanamnya sambil melakukan seleksi massa, akhirnya menjadi tanaman jagung seperti sekarang ini. Di Indonesia jagung berasal dari negara-negara Asia, diperkirakan diintroduksi pada abad ke-12. Varietas dan strain lokal yang bersifat spesifik terdapat di sentra-sentra produksi jagung. Di Indonesia sendiri, jagung menjadi komoditas pangan andalan kedua setelah padi. Pemulia tanaman jagung di Indonesia telah berperan dalam perakitan varietas unggul selama empat dasawarsa terakhir. Sejarah pengembangan jagung di Indonesia mengalami pasang surut karena perubahan penggunaannya dan juga oleh harga yang tidak stabil. Hingga tahun 1970 jagung digunakan sebagai pangan utama, tujuan penanaman adalah untuk peningkatan bahan pangan. Kata kunci : Perkembangan jagung , sejarah jagung , varietas. ABSTRACT The purpose of this paper is to find out the history of world corn and the development of corn in Indonesia. The writing shows that corn is actually an ancient plant originating from Latin America (Mexico, Guatemala, and Honduras). The corn plant was domesticated around 8,000 years ago by Indians, a descendant of wild corn teosinte (Zea mays ssp. Parviglumis). Through the process of evolution, adaptation, migration, recombination of genes, and the activities of farmers to plant them while doing mass selection, eventually become corn crops as they are today. In Indonesia, corn originated from Asian countries, estimated to be introduced in the 12th century. Specific local varieties and strains are found in corn production centers. In Indonesia, corn is the second mainstay food commodity after rice. Corn breeders in Indonesia have been instrumental in assembling superior varieties over the past four decades. The history of corn development in Indonesia has experienced ups and downs due to changes in its use and also by unstable prices. Until 1970, corn was used as the main food, the purpose of planting was to increase food. Keywords : Growth of corn, history of corn, variety. PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Jagung termasuk tanaman pangan utama di Indonesia. Produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing 5 juta ton tahun , setelah itu menyusun beberapa di daerah Sumatera anatara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai 16 juta ton tahun (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sejarah Jagung Dunia Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun. Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. (Dowswell et al., 1996). Jagung sebenarnya merupakan tanaman purba yang berasal dari Amerika Latin (Meksiko, Guatemala, dan Honduras). Tanaman jagung didomestikasi sekitar 8.000 tahun yang lampau oleh bangsa Indian, merupakan keturunan jagung liar teosinte (Zea mays ssp. Parviglumis). Melalui proses evolusi, adaptasi, migrasi, rekombinasi gen-gen, dan kegiatan petani menanamnya sambil melakukan seleksi massa, akhirnya menjadi tanaman jagung seperti sekarang ini. Petani telah membudidayakan jagung selama berabad-abad dan merupakan penyeleksi utama. Mulai abad ke-20 pemulia telah memperbaiki bentuk morfologi jagung melalui perbaikan genetik, sehingga keturunan teosinte telah berubah menjadi jagung modern yang berkembang ke seluruh pelosok dunia (King dan Edmeades 1977). Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu. Berikut adalah beberapa teori mengenai sejarah jagung: a. Teori Asal Asia Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (Coix spp.) dengan famili Andropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan. b. Teori Asal Andean Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan Ekuador. Hal ini didukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika Selatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetik yang luas, terutama di dataran tinggi Peru. Kelemahan teori ini adalah tidak ditemukan kerabat liar jagung di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang mengkhususkan perhatian pada tanaman jagung menampik hipotesis ini. c. Teori Asal Meksiko Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies liar jagung (teosinte) sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Hal ini juga didukung oleh ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetik yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang (progenitor) tanaman jagung (Prasanna et al., 2001). 2. Perkembangan Jagung di Indonesia Di Indonesia jagung berasal dari negara-negara Asia, diperkirakan diintroduksi pada abad ke-12. Varietas dan strain lokal yang bersifat spesifik terdapat di sentra-sentra produksi jagung. Di Indonesia sendiri, jagung menjadi komoditas pangan andalan kedua setelah padi. Pemulia tanaman jagung di Indonesia telah berperan dalam perakitan varietas unggul selama empat dasawarsa terakhir. Varietas unggul yang dihasilkan pada tahun 2000an mampu memberi hasil 10-12 t/ha untuk varietas hibrida dan 7-8 t/ha untuk varietas bersari bebas. Sebelumnya, varietas lokal hanya dapat berproduksi 2,5-4,0 t/ha. Sekitar 80% petani Indonesia saat ini telah menanam varietas unggul hibrida atau varietas unggul bersari bebas hasil pemuliaan tanaman. Kini petani jagung tidak lagi menaman varietas lokal, kecuali varietas lokal yang hasil bijinya ditujukan untuk penggunaan khusus, seperti jagung biji putih untuk pangan pokok dan pangan kudapan, jagung pulut untuk direbus, jagung berbiji kecil untuk pakan burung (Suarni dan Widowati 2007). Jagung bukanlah tanaman asli Indonesia, teori yang banyak berembang saat ini menyatakan bahwa jagung didomestikasi pertama kali oleh penghuni lembah Tehuacan, Meksiko. Bangsa Olmek dan Maya diketahui sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah sejak 10.000 tahun yang lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan Pegunungan Andes. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika. Era kedatangan orang-orang Eropa di akhir abad ke-15, ternyata membawa serta jenis-jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke Eropa maupun Asia. Pengembaraan jagung ke Asia dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan Ferdinand Magellan melintasi Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru inilah jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman ini memiliki elastisitas fenotipe yang tinggi (Hidayanto, 2014). Sejarah pengembangan jagung di Indonesia mengalami pasang surut karena perubahan penggunaannya dan juga oleh harga yang tidak stabil. Hingga tahun 1970 jagung digunakan sebagai pangan utama, tujuan penanaman adalah untuk peningkatan bahan pangan. Produksi beras nasional melimpah sejak awal tahun 80an, konsumen jagung beralih ke pangan beras, dan jagung berubah fungsi menjadi pakan ternak. Pada awalnya, industri pakan ternak lebih memilih mengimpor jagung, karena produksi dalam negeri tersebar dalam jumlah kecil-kecil. Baru setelah jagung hibrida diadopsi petani secara luas mulai tahun 2000an, pasar biji jagung untuk industri pakan mulai berkembang. Pada tahun 2000an terjadi lonjakan harga dari Rp 900/kg menjadi Rp 3.300/kg yang berdampak terhadap alih pemanfaatan lahan dari tanaman kacang-kacangan menjadi tanaman jagung. Kualitas biji jagung juga mengalami perbaikan dengan tersedianya alat pengering dan penyimpanan dengan kadar air 12,0% yang turut memacu peningkatan harga. Luas panen jagung nasional pada tahun 2011 mencapai 3,9 juta ha, dengan produktivitas 4,46 t/ha, kecuali di Maluku dan Papua 1,85 t/ha (BPS 2012). Sentra pengembangan jagung kini terpusat di Jatim, Jateng, Lampung, Kalsel, Kaltim, Sulawesi, NTT, dan NTB. Terbatasnya luas lahan pertanian untuk pengembangan, pada tahun 2012 luas panen jagung hanya bertambah 0,32% dari tahun 2011 dan produksi nasional belum mencukupi kebutuhan industri pakan, sehingga Indonesia masih mengimpor jagung (Sumarno et al., 2004). PENUTUP Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Di Indonesia jagung berasal dari negara-negara Asia, diperkirakan diintroduksi pada abad ke-12. Varietas dan strain lokal yang bersifat spesifik terdapat di sentra-sentra produksi jagung. Di Indonesia sendiri, jagung menjadi komoditas pangan andalan kedua setelah padi. Sejarah pengembangan jagung di Indonesia mengalami pasang surut karena perubahan penggunaannya dan juga oleh harga yang tidak stabil. Jagung bukanlah tanaman asli Indonesia, teori yang banyak berembang saat ini menyatakan bahwa jagung didomestikasi pertama kali oleh penghuni lembah Tehuacan, Meksiko. DAFTAR PUSTAKA Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R. P.Cantrell. 1996. Maize in The Third World. Westview Press. Hidayanto. 2014. Sejarah Tanaman Jagung. Jurnal BPTP Kaltim. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian RI. Kalimantan Timur. King. J. G., and G. Edmeades. 1997. Morphology and growth of maize. IITA/ CIMMYT. Research guide 9. El Batan Mexico. p. 8. Prasanna. B. B., S. K. Vasal., B. Kassahum, and N.N. Singh. 2001. Quality Protein Maize.. Current Science 81(10):1316. Suarni dan S. Widowati. 2007. Sturuktur. Komposisi. dan Nutrisi Jagung. Jagung. Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. p. 410. Sumarno dan N. Zuraida. 2004. Pengelolaan plasma nutfah terintegrasi dengan program pemuliaan dan industri benih. Prosiding simposium Perhimpunan ilmu pemuliaan Indonesia (Peripi, 2004) Bogor. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Bandung: CV. Nuansa Aulia. 208 hal.

Belum ada Komentar untuk "SEJARAH JAGUNG DUNIA DAN PERKEMBANGAN JAGUNG DI INDONESIA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel